Senin, 02 April 2012

(Part 2) Jangan (sebaiknya) Mengaku Animator (2D) Kalau: Tidak Paham Prinsip Animasi


Hampir semua orang yang memiliki minat yang dalam pada bidang animasi, tahu definisi kamus tentang animasi, yaitu berasal dari kata "animate" yang terjemahannya adalah memberikan kehidupan (to give life to).
Dalam dunia animasi, unsur yang paling utama yang mengindikasikan bahwa sesuatu itu 'hidup' adalah gerak. Namun menggerakkan suatu benda dari posisi A ke B belum tentu bisa disebut memberikan kehidupan.

Norman McLaren adalah salah satu pelopor animasi dan animator legendaris dunia, menyatakan; "Animation is not the art of drawings that move, but the art of movements that are drawn". Terjemahan singkatnya yaitu; animasi adalah 'seni gerakan' yang digambar.

Lalu apa hubungan antara memberikan 'hidup' dengan 'seni gerakan'?

John Lasseter dalam artikel presentasinya pada tahun 1993 menuliskan, untuk memberikan 'hidup' pada suatu gerakan animasi, harus diketahui terlebih dahulu alasan, situasi serta tujuan, yang menjadi faktor penyebab mengapa suatu obyek harus bergerak.
Pendapat tersebut sangat logis karena dengan diketahui alasannya, maka gerakan yang dihasilkan dapat memiliki bentuk serta ekspresi tertentu yang sesuai. Misalnya anatomi gerakan memukul dengan alasan atau motivasi 'marah', akan sangat berbeda dengan gerakan yang didasari motivasi lain, seperti 'sayang' atau 'bercanda'. Bahkan jenis dan sifat karakter (macho, garang, lembut, gemulai, dan sebagainya) juga akan menghasilkan variasi bentuk gerakan yang berbeda pula.
Lasseter lalu menambahkan; gerakan dalam animasi yang didasari alasan, adalah dasar dari animasi karakter, dan untuk memahaminya diperlukan pengetahuan dan aplikasi 'prinsip-prinsip dasar animasi'.
   
Prinsip dasar animasi yang dimaksud oleh John Lasseter adalah hasil study dan analisa para animator Disney dengan cara menguraikan anatomi suatu gerakan (faktor internal dan atau eksternal yang mempengaruhi gerakan, aksi dan reaksi, etc.), hingga didapatkan pola-pola spesifik pembentuk gerakan, yang kemudian diformulasikan sebagai prinsip-prinsip animasi. Selanjutnya dalam kegiatan menganimasi, dengan berpedoman pada rumusan prinsip-prinsip tersebut, para animator akan lebih mudah mengindentifikasi bagian-bagian tertentu dari suatu anatomi gerakan, yang perlu direkayasa agar menghasilkan animasi yang terasa hidup.

Atau dengan kata lain, walaupun sepenuhnya mengacu atau mengimitasi gerakan yang 'asli', namun pada kenyataannya gerakan yang dihasilkan melalui medium animasi, yang tampak 'hidup' tidak akan sepenuhnya mirip dengan acuan aslinya tersebut.
Hal itu disebabkan selain karena limitasi teknis medium animasi, seperti visualisasinya yang menggunakan tehnik menggambar (bukan fotografi atau live shoot) dan keterbatasan jumlah 24 frame untuk tiap detik (film). Ditambah pula dengan adanya unsur pertunjukan (theatrical performances, acting).
Maka untuk menghasilkan 'ilusi hidup' yang terbaik, dibutuhkan modifikasi serta polesan pada gerakan yang asli tersebut, apakah itu bentuknya berupa penyederhanaan ataupun dilebih-lebihkan (dramatisasi, exaggerate).

Penerapan prinsip animasi tersebut selain menjadi ciri khas bagi animasi hasil produksi studio Walt Disney, juga terbukti sangat sukses diterima oleh masyarakat dari belahan dunia manapun dan diakui sebagai produk animasi dengan standar kualitas tertinggi di dunia, bahkan hingga saat ini.
Kumpulan prinsip dasar animasi tersebut yang jumlahnya sebanyak 12 buah, kemudian diperkenalkan dan dipopulerkan kepada publik melalui buku yang berjudul "Disney Animation the Illusion of Life", yang ditulis oleh Frank Thomas dan Ollie Johnston, diterbitkan pertama kali pada tahun 1984.

Seni merekayasa gerakan asli (dengan menggunakan prinsip animasi) agar tampak hidup, adalah yang dapat disebut sebagai 'seni gerakan' (the art of movements).

Prinsip animasi sebagai metoda untuk mengolah dan menghasilkan seni gerakan, tidak khusus hanya untuk diterapkan pada style atau gaya animasi ala Disney. Oleh karena itu animator yang paham dan mengaplikasikan prinsip animasi, tidak serta merta hasil karyanya otomatis akan menjadi persis seperti stylenya Disney.

Terdapat banyak prinsip-prinsip animasi lainnya selain konsep Illusion of Life-nya Disney (12 Fundamental Principles of Animation), misalnya prinsip animasi yang dikembangkan oleh Tex Avery dengan konsep "Celebrating Cartoon as Cartoon", gaya limited animation dari UPA, konsep animasi televisi Hanna dan Barbera, konsep animasi industri ala Jepang (Anime) dan lain sebagainya.

Penerapan satu atau banyak prinsip animasi dalam suatu karya animasi (tergantung dari gaya dan desain animasi), pada intinya dimaksudkan agar animasi yang dihasilkan nanti, apapun kondisinya (full animation, limited, very limited dan sebagainya), akan tampak lebih hidup (believable), maksimal kualitasnya dan menjadi nilai tambah bagi daya tarik produk animasi tersebut.

Dari uraian di atas sekarang seharusnya sudah lebih jelas, mengapa seorang animator harus menguasai prinsip animasi.
Karena tugas animator adalah menciptakan seni gerakan (kecuali menjiplak atau tracing langsung dari film live action, istilahnya Rotoscoping). Jadi tanpa dibekali pemahaman dan pengaplikasian yang tepat dari prinsip-prinsip animasi, maka dapat dipastikan kualitas hasil karya animasinya tidak akan pernah maksimal.


Next... penguasaan tehnik produksi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar