Minggu, 25 Maret 2012

Privilege Buat Animator Old School Saja?


  
Di era teknologi maju seperti sekarang ini, khususnya di dunia kreatif visual (illustrasi, animasi). Hampir semua tahapan kerjanya, kalaupun tidak sepenuhnya, sudah ditunjang oleh teknologi komputer.
Masuknya teknologi komputer atau digital ke dalam metode kerja dan produksi, banyak sekali memberikan keuntungan dari segi efisiensi kerja, kemungkinan untuk elaborasi yang lebih luas, praktis dan banyak hal lainnya, namun yang perlu digaris bawahi adalah faktor 'kemudahan' yang membuka banyak jalan pintas untuk mencapai suatu tujuan atau pemecahan masalah.

Segi positif dari kemajuan teknologi tentunya tidak perlu dipermasalahkan lagi, namun sisi negatifnyalah yang sebaiknya dikenali dan dipahami agar tidak menjadi bumerang yang akan merongrong di kemudian hari.

Animasi 2D atau klasik, adalah tehnik animasi yang prinsip dasar visualisasinya dikerjakan secara manual dengan tangan, di atas sehelai kertas menggunakan pensil atau di atas permukaan tablet menggunakan stylus digital.

Pada hakekatnya animasi klasik (2D) adalah pengembangan atau inovasi lebih lanjut dari kegiatan menggambar (illustrasi), yaitu dengan ditambahkannya prinsip "Ilusi gerakan" yang didasari atas teori 'persistence of vision', untuk menyampaikan suatu ide cerita dalam kerangka filmis (sequential art, cinematography).
Sifat dasarnya yang manual tersebut menuntut para seniman animasi atau 'animator', untuk harus sangat menguasai keahlian menggambar (yang benar). Atau dengan kata lain, animator 2D adalah seorang illustrator (jago gambar) sebelum mulai menekuni dunia animasi.

Menguasai tehnik menggambar yang baik dan benar, selain didukung bakat dan kemauan, juga harus melalui proses belajar dan berlatih dengan menggunakan metoda, prinsip dan kaidah-kaidah dasar tertentu. Suatu proses yang mungkin membutuhkan banyak waktu, ketekunan, keuletan dan kesabaran.
Selanjutnya jika ingin menekuni bidang animasi, maka akan dihadapi lagi proses panjang untuk memahami secara mendalam semua metode dan prinsip-prinsip animasi, dan bagaimana menerapkan atau mengadaptasikan skill dasar menggambar (yang sebelumnya sudah harus dikuasai) ke dalam proses produksi animasi. Belum termasuk waktu dan usaha yang dibutuhkan untuk mempelajari tehnik visual story telling dan cinematography secara mendalam.

Masalahnya bagi sebagian besar orang di era teknologi tinggi dan komputer yang serba cepat dan instant seperti sekarang ini, segala sesuatu yang sifatnya 'ketekunan manual' atau mungkin istilahnya kerajinan tangan, selalu dianggap sebagai gaya dan tehnik yang kuno, ketinggalan zaman atau disebut 'old school'. Karena faktor 'jalan pintas' yang menjadi kelebihan teknologi digital, semakin memanjakan salah satu sifat dasar manusia modern pada umumnya, yaitu keengganan untuk tekun dan berkomitmen dalam menjalani proses yang butuh waktu lama serta mungkin membosankan, sebelum dapat memetik hasilnya.  

Sebagai seorang pekerja animasi yang beruntung pernah mendapatkan dan menjalani proses pembelajaran secara 'old school', kemajuan teknologi komputer saat ini merupakan suatu anugerah yang sangat besar, karena mampu membuka pintu yang jauh lebih lebar dan luas bagi pengembangan ide kreatif, membawa pencapaian kreatif yang sangat lebih jauh, serta mendobrak segala keterbatasan (breakthrough) yang dihadapi ketika menggunakan metode klasik dari masa lalu.

Mudah-mudahan segala kesenangan, kemewahan dan keuntungan dari kemajuan metode produksi animasi, berkat bantuan teknologi komputer, tidak menjadi 'privilege' atau sesuatu yang khusus yang hanya bisa dinikmati oleh para 'old schooler' atau animator 'gaek' saja. Karena generasi pekerja animasi atau animator masa kini, akan sadar untuk tidak mudah terjebak dan menjadi korban dari budaya 'instant' dan 'jalan pintas', yang kemungkinan besar hanya akan menghasilkan animator robot yang 'hampa', miskin inovasi, seadanya atau tidak memiliki substansi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar