Senin, 26 Maret 2012

Are You Lucky Enough?

Dari kegiatan membaca (bagian dari upaya riset saya untuk memulai blog ini) beberapa ulasan tentang animasi, karya para penulis lokal yang dipublikasikan baru-baru ini, baik melalui buku yang diterbitkan, social network, blog maupun artikel dan liputan di media massa.
Banyak hal yang menarik, sekaligus mengusik hati saya ketika membaca isi tulisan tersebut, termasuk juga komentar-komentar tanggapannya. Apakah itu berupa pertanyaan atau pernyataan, yang dilontarkan oleh baik itu para pekerja animasi yang aktif, maupun orang awam atau pemula yang memiliki minat di bidang animasi.

Jika tulisan dan/ atau tanggapannya berasal dari dari orang awam, sangat bisa dimengerti kalau isinya mungkin kurang sesuai dengan prinsip, kaidah dan metode yang berlaku di dunia animasi professional.
Tetapi lain halnya jika yang menulis, mengulas dan berkomentar tersebut adalah para pelaku animasi yang aktif dan memang berkarir di bidang animasi (guru animasi, animator, pekerja bidang animasi dan sebagainya), namun sayangnya sering kali isi tulisannya cenderung menyesatkan karena tidak didukung oleh pemahaman yang mendalam serta tidak didukung pengalaman dan kompetensi.

Mengapa hati saya terusik? Berikut ini adalah dua (saja) alasannya.

Pertama ketika membaca dan mempelajari buku berjudul "The Animator's Survival Kit", yang ditulis oleh Richard Williams. Pada halaman-halaman pembuka, dituliskan berbagai catatan pengalaman beliau dalam menimba ilmu animasi dari para maestro animasi dunia.
Saya sangat terkesan dengan salah satu quote dari Milt Kahl, salah seorang animator genius yang bekerja di Disney, yang bunyinya; "If you ask questions you find out what you want to know, if... you're lucky enough to ask someone who knows". Perhatikan kata 'if' kedua yang ditandai dari quote tersebut, yang menekankan pentingnya kalimat selanjutnya.

Alasan kedua adalah, ketika saya ingat pernah membaca sebuah artikel berjudul "Animation is a Gift Word" yang ditulis oleh, lagi-lagi seorang genius di bidang animasi, bernama Chuck Jones. Beliau mengatakan bahwa 'animator' adalah sebuah kata yang 'dihadiahkan' (Gift Word) dan bukanlah label yang bisa kita sematkan sendiri. Dan memang kenyatannya tidak hanya pada masa itu saja, sekarangpun banyak sekali orang yang dengan mudahnya mengaku diri sebagai animator, seniman, penyair dan sebagainya, kompeten ataupun tidak.

Berdasarkan kualitas ulasan-ulasan serta artikel animasi yang dipublikasikan oleh penulis lokal tersebut, secara gamblang tercerminkan kondisi umum animasi di Indonesia yang memang ternyata masih dalam tahap pertumbuhan dini. Suatu periode 'merangkak' yang menurut saya pribadi memakan waktu agak terlalu lama, mengingat per'animasi'an di Indonesia sebenarnya sudah mulai tumbuh sejak tahun 60-70an (atau bahkan mungkin lebih awal lagi). Kalau diasosiasikan menggunakan ukuran waktu pertumbuhan usia manusia, seharusnya sekarang sudah berumur 40-50 tahunan, sungguh lucu dan agak tidak masuk akal bukan, kalau dalam usia setua itu kemampuannya baru dalam tahap merangkak.

Jadi poin apa yang sebenarnya ingin saya sampaikan melalui tulisan ini?

Mungkin lebih sekedar 'reminder' bahwa perjalanan untuk mempelajari, mendalami serta betul-betul memahami suatu bentuk ilmu atau keahlian, secara detail dengan segala seluk beluknya. Prosesnya bagi sebagian besar orang yang normal (non-genius), tidaklah mudah, membutuhkan waktu yang panjang, mahal, butuh keuletan, pengorbanan dan sebagainya. Itupun kalau cukup beruntung dapat bertanya (baca: berguru) pada orang yang tepat dan memang benar-benar tahu (ahli) dalam bidangnya.

Saya sangat bersyukur karena dalam kasus ini saya cukup beruntung.

Bagaimana dengan anda? Lalu apa tindakan yang akan anda ambil?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar